Nomenklatur
& Bentuk Obat Oral
Pengertian Obat
o Obat adalah Zat yang
digunakan dalam melakukan Diagnosis, Terapi, Penyemuhan, Penurunan dan
Pencegahan Penyakit.
Nomenklatur Obat
·
Nomenklatur = Nama Obat
Terbagi menjadi :
- Kimia à memberi gambaran pasti komposisi obat. Ex : Asam
Asetil Salisilat; Aminobenzil Penisilin dll.
- Generik à diberikan oleh pabrik yang pertama kali
memproduksi obat sebelum mendapat izin dan dilindungi hukum. Ex: Asetosal;
Ampisilin dll.
- Official à nama paten. Ex: Aspirin (Bayer)/Naspro
(Nicholas); Pembritin (Beecham)/Ampifen (Organon).
- Dagang à nama yang digunakan pabrik untuk memasarkan
obat. Ex: Bufferin dll.
Bentuk - bentuk
Obat
- Pulvis (serbuk) : campuran kering bahan obat atau
zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar. Ex : bedak
tabur.
- Pulveres : serbuk yang dibagi bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus menggunakan
bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Ex: puyer.
- Tablet : sediaan padat dibuat secara kempa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Ex
: tablet kempa, tablet sublingual (FG Troches), tablet effervescent (CDR),
talet bukal, tablet kunyah (Antasida), dll.
- Pil : bentuk sediaan padat bundar dan kecil, mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral.
- Kapsul : sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Ex : Ever E
- Kaplet (Kapsul Tablet) : merupakan sediaan
padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.
- Larutan (solutions) : sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan
dalam air, yang karena bahan-bahannya cara peracikannya/penggunaannya,
tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya.
- Suspensi : sediaan cair mengandung partikel padat
tidak larut terdispersi dalam fase cair. Ex : suspensi oral, susp.topikal,
susp.tetes telinga, susp.optalmik, susp.sirup kering.
- Emulsi : sediaan berupa campuran dari dua fase
(air&minyak) dalam sistem disperse, fase cairan yang satu terdispersi
sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan
dengan zat pengemulsi.
- Galenik : merupakan sediaan yang dibuat dari
bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.
- Ekstrak : sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.
- Infusa : sediaan obat yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
- Imunoserum : sediaan yang mengandung immunogblobulin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
- Salep (unguenta) : sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.
- Suppositoria : sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
- Obat tetes (guttae) : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense, dimaksudkan untuk obat dalam atau luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan Farmakope Indonesia.
- Injeksi : sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspense atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Standart obat
Standar yang diterima
masyarakat harus memenuhi kriteria :
- Kemurnian
à
memenuhi standar kemurnian tipe dan konsentrasi zat lain dalam obat.
- Potensi
à
konsentrasi obat aktif dalam preparat obat potensi obat.
- Bioavailability
à
kemampuan obat lepas dari dosis, larut, diabsorpsi dan diedarkan tubuh.
- Kemanjuran
à
dinilai dari efek terapi.
- Keamanan
à
dinilai menurut efek saping obat.
Farmakokinetik
Merupakan ilmu tentang cara obat
masuk ke tubuh, mencapai target aksi/tempat kerja, dimetabolisme hingga keluar
dari tubuh. Terdiri dari absorpsi à
distribusi à metabolisme à
ekskresi.
Istilah - istilah Dalam Farmakokinetik
- Absorpsi : molekul obat masuk ke dalam darah
dipengaruhi oleh rute pemberian. Proses masuknya obat dari tempat
pembarian kedalam darah melalui membran badan, yaitu : membran kulit ,
epitel usus , dan membran sel tunggal.
- Distribusi : di dalam darah obat akan diikat oleh
protein plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan hidrofobik, van deer
waals, hidrogen dan ionik).
- Metabolisme : tujuan metabolisme adalah mengubah
obat yang nonpolar menjadi polar. Nonpolar adalah larut lemak sedangkan
polar adalah larut air.
- Ekskresi : pengeluaran obat atau sisa
metabolitnya dari dalam tubuh, terutama yang dilakukan oleh ginjal melalui
urine/feses.
Contoh Parameter
Farmakokinetik
- Absorpsi : molekul obat masuk dalam darah,
dipengaruhi oleh rute pemberian obat dan kondisi tempat absorpsi. Rute
pemberian dipengaruhi struktur fisik jaringan. Kulit sulit ditembus zat kimia dan
absorpsi obat lambat. Injeksi intravena
memiliki absorpsi obat yang cepat. Larutan suspensi mudah diabsorpsi. Obat
yang bersifat basa tidak terabsorpsi seblum masuk ke usus halus. Kulit
yang tergores, adanya edema merupakan kondisi yang tidak baik untuk
absorpsi obat. Obat oral mudah diabsorpsi diberikan saat antara waktu
makan.
- Distribusi : laju dan luas distribusi bergantung
pada sifat fisik dan kimia obat dan fisiologis individu.
Obat diberikan berdasarkan berat dan komposisi tubuh dewasa. Obat mudah
keluar dari jaringan interstisial ke intravaskuler.
Latihan fisik, udara hangat, badan menggigil akan mengubah sirkulasi
lokal. Konsentrasi obat bergantung pada jumlah pembuluh darah dalam
jaringan. Derajat ikatan protein dan protein serum mempengaruhi distribusi
obat. Obat yang terikat protein akan sulit menghasilkan aktivitas
farmakologis.
- Metabolisme : biotransformasi dipengbaruhi enzim
yang mendetoksifikasi, memecah dan melepas zat kimia dan biologis. Terjadi
di hati, paru-paru, ginjal, darah dan usus.
- Ekskresi : obat keluar dari tubuh melalui ginjal,
hati, usus, paru dan kelenjar eksokrin (yang mengekskresi obat larut
lemak). Saluran cerna menjadi jalur lain ekskresi obat.
Efek Obat
- Efek
terapeutik : respon fisiologis obat yang diharapkan muncul. Ex : aspirin
bekhasiat sebagai analgesik-antipiretik.
- Efek
samping : efek sekunder yang tidak diharapkan dari obat. Efek samping
dianggap tidak berbahaya. Bila efek samping ini sampai menghilangkan efek
terapeutik maka obat dapat dihetikan.
- Efek
toksik : terjadi setelah digunakan pada dosis tinggi. Kadar obat dalam
darah berlebihan dapat berakibat fatal, kerusakan organ bahkan kematian.
- Reaksi
idiosintrik : timbulnya efek yang tidak diperkirakan, pasien bereaksi
berlebihan, tidak berlebihan, atau berlebihan tidak normal.
- Reaksi
alergi : reaksi obat 5-10% merupakan reaksi alergi. Alergi obat dapat
bersifat ringan sampai berat. Reaksi dapat berupa urtikaria, ruam,
pruritus dan rhinitis.
6. Toleransi obat : pasien
yang sering mengkonsumsi obat anti nyeri hanya memiliki toleransi obat,
sehingga pasien tsb perlu meningkatkan dosis untuk meredakannya.
7. Interaksi obat : terjadi
pada pasien yang mengkonsumsi beberapa obat. Efek sinergis dapat terjadi jika
konsumsi 2 obat atau lebih, interaksi obat selalu diharapkan.
8. Respon dosis : obat
memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang dibutuhkan selama proses sekresi
untuk menurunkan konsentrasi serum sampai setengahnya (t.1/2).
§
Perawat dapat mengantisipasi efek obat jika mengetahui
interval waktu kerja obat :
a.
awitan kerja obat : periode waktu setelah obat
diberikan.
b.
kerja puncak obat : waktu yang dibutuhkan sampai
konsentrasi tertinggi obat di dalam darah (t.maks).
c.
Durasi kerja obat : lamanya obat untuk menimbulkan
respon.
d.
Plateu : konsentrasi serum dipertahankan setelah obat
kembali diberikan.
Prinsip
Pemberian Obat
- Tepat
Obat
- Tepat
Pasien
- Tepat
Dosis
- Tepat Cara
- Tepat Waktu
- Tepat Rute Pemberian
- Dokumentasi
Rute Pemberian
Obat
1. Pemberian Oral :
- Paling
mudah dan umum digunakan
- Diberikan
melalui mulut dan ditelan
- Lebih
murah
2. Pemberian Sublingual :
- Dirancang
agar setelah diletakkan dibawah lidah akan segera larut dan mudah di
absorpsi.
- Jangan
ditelan, jika ditelan efek yang diharapkan tidak dapat tercapai.
- Jangan
minum air sampai seluruh obat larut.
3. Pemberian Bukal :
- Menempatkan
obat padat di memberan mukosa pipi sampai obat larut, secara bergantian di
sebelah kanan dan kiri agar memberan mukosa tidak iritasi (jangan
ditelan/minum air).
- Bereaksi
secara lokal pada mukosa atau secara sistemik apabila obat ditelan bersama
saliva.
Terimakasih
0 komentar:
Posting Komentar